

Reporter: Rilis | Editor: ridwanshaleh
TitikKataPariwara - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dan Universitas Paramadina mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa kontribusi manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 1% di tahun 2024, jauh di bawah target 8%.
Fakta tersebut terungkap dalam diskusi bertajuk "Mustahil Tumbuh 8% Tanpa Industri yang Kuat”, pada Kamis (27/2/25) lalu, secara online melalui zoom meeting
Prof. Ahmad Badawi Saluy, Guru Besar Universitas Paramadina, menyoroti tren perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2011. Hingga triwulan IV tahun 2024, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,03%, turun dari rata-rata 6% pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB juga mengalami penurunan dari target 19,9%-20,05% menjadi hanya 18,98%. "Industri manufaktur sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi mengalami pelemahan signifikan," ujar Prof. Badawi.
Sementara itu, Dr. Ariyo DP Irhamna, Peneliti Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF, menyoroti tantangan dalam struktur kabinet pemerintahan yang gemuk. Menurutnya, hal ini berpotensi menghambat koordinasi dan pengambilan keputusan strategis.
Selanjutnya, dalam diskusi yang digelar INDEF dan Universitas Paramadina ini merekomendasikan langkah-langkah strategis untuk mencapai target pertumbuhan 8%, yaitu dengan revitalisasi sektor manufaktur, peningkatan daya saing industri nasional, optimalisasi koordinasi pemerintahan, dan mendorong inovasi dan investasi industri.
Kesimpulannya, bahwa tanpa industri yang kuat, pertumbuhan ekonomi Indonesia sulit mencapai target 8%. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri menjadi kunci dalam merumuskan kebijakan yang efektif untuk memperkuat sektor industri nasional. (01/Ttkpr)
Tonton Berita Menarik Lainnya Di Sini